Bintang Abadi Ditemukan di Tata Surya, Ini Penjelasan Astronom
BERITA UNIK

Bintang Abadi Ditemukan di Tata Surya, Ini Penjelasan Astronom

OperaQQLounge | Bintang abadi, Para astronom baru saja mengidentifikasi sebuah bintang yang terbuat dari sisa-sisa dua bintang mati yang menyatu, yang kemudian membentuk bintang baru.

Bintang itu disebut J005311, berjarak 10.000 tahun cahaya di rasi bintang Cassiopeia. Bintang ini menarik perhatian para astronom karena berada di dalam nebula planet yang hampir secara eksklusif memancarkan radiasi inframerah dan tidak ada cahaya optik sama sekali.

Fenomena tersebut dinilai sangat aneh oleh para ilmuwan, jadi mereka memutuskan untuk melihatnya dari posisi yang lebih dekat, menggunakan spektroskopi untuk menganalisis komposisi kimia dari awan di sekeliling bintang itu.

Analisis spektral mengungkapkan, tidak ada hidrogen atau helium di objek yang mereka perhatikan. Rasa penasaran mereka pun kian memuncak, demikian seperti dikutip dari  POKER ONLINE

Tapi di sana juga ada petunjuk lain. Bintang sekuens utama (main sequence star) memadukan hidrogen menjadi helium dalam inti mereka. Namun sebuah katai putih biasanya tidak memiliki unsur-unsur itu semua.

Mereka akan terbakar melalui pasokan hidrogen selama masa hidup mereka, menggabungkannya menjadi helium. Ketika ini semua hilang, intinya mulai berkontraksi dan lalu menggabungkan helium itu sendiri menjadi karbon dan oksigen.

Tekanan radiasi dari fusi tersebut menyebabkan lapisan terluar bintang mengembang menjadi raksasa merah. Akhirnya, ketika helium habis, lapisan terluarnya akan terlontar ke angkasa luar, membentuk nebula planetari di sekelilingnya yang bersinar cemerlang, bukan inti pendingin katai putih — sebab terlalu kecil untuk memadukan oksigen dan karbon yang tersisa.

Tapi J005311 bersinar terlalu terang untuk satu katai putih, cahayanya setara dengan 40.000 matahari. Untuk itulah, bintang ini pun dijuluki bintang abadi.

Bintang abadi yang Langka

Ilmuwan menyebut, sebagian besar bintang di langit setidaknya berada dalam sistem biner. Para astronom percaya bahwa J005311 adalah produk dari penggabungan antara dua katai putih.

Selama jutaan tahun, kedua bintang saling mengorbit satu sama lain, dalam orbit spiral yang dekat, yang kemudian menyatu, hingga tiba-tiba mereka lahir sebagai satu bintang baru.

“Peristiwa seperti itu sangat langka,” kata astronom Götz Gräfener dari Argelander Institute for Astronomy (AIfA) di University of Bonn.

BACA JUGA : Horor 5 Hantu dari Arab hingga Jepang yang Harus Diwaspadai

“Mungkin bahkan tidak ada setengah lusin objek semacam itu di Bimasakti, dan kami telah menemukan salah satunya,” imbuhnya.

J005311 memiliki massa dua bintang yang digabungkan. Itu artinya, sekarang bintang ini punya massa yang cukup besar untuk memadukan unsur-unsur yang lebih berat daripada hidrogen atau helium — J005311 kaya akan karbon dan oksigen.

Ada Angin Bintang

bintang abadi

J005311 juga memiliki angin bintang yang sangat kuat, yakni 16.000 kilometer per detik, aliran yang didorong oleh radiasi yang dihasilkan oleh fusi nuklir.

Produk dari penggabungan katai putih diprediksi mempunyai medan magnet yang sangat kuat. Medan magnet ini kemudian akan mempercepat angin bintang, menghasilkan efek seperti yang terlihat pada J005311.

Ketika angin katai putih berembus, mereka berubah menjadi benjolan dingin di angkasa, yang disebut katai hitam. Proses ini diperkirakan memakan waktu sangat lama, dan para astronom percaya itu belum benar-benar terjadi.

Meski demikian, gambaran seperti itu tidak tersedia untuk J005311. Hal tersebut dikarenakan massa gabungan bintang mungkin menempatkannya di atas sesuatu yang disebut batas Chandrasekhar, yang merupakan massa maksimum untuk katai putih yang stabil.

Temperatur dan kecepatan anginnya menunjukkan bahwa J005311 berada di dekat titik akhir dari tahap evolusi saat ini. Ketika kehabisan bahan untuk terbakar, dalam beberapa ribu tahun mendatang, bintang ini kemungkinan akan runtuh karena gravitasinya sendiri, elektron dan proton bergabung menjadi neutron, mengubahnya menjadi bintang neutron bermassa rendah.

Penelitian ini telah dipublikasikan di Nature.

Sumber Berita : Opera99

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *