Uncategorized

5 Alasan Kamu Tak Perlu Menganggap Orang Lain sebagai Saingan

5 Alasan Kamu Tak Perlu Menganggap Orang Lain sebagai Saingan 5 Alasan Kamu Tak Perlu Menganggap Orang Lain sebagai Saingan

5 Alasan Kamu Tak Perlu Menganggap Orang Lain sebagai Saingan WWWOPERAQQLANGUE Hidup bukanlah sebuah perlombaan. Kamu pasti pernah mendengar kalimat itu didengungkan di mana-mana, tapi sulit untuk benar-benar menerapkannya dalam kehidupan nyata; terlebih, ketika kamu membuka media sosial dan melihat banyak orang lain seusiamu sudah melakukan hal-hal besar, sementara kamu merasa masih stuck di fase yang sama.Bandarqq

Tentu ada rasa iri, keinginan untuk menyeimbangi, atau bahkan menyalip langkahnya. Kamu juga ingin sukses, ingin melebihi temanmu, ingin dipandang sebagai “orang berhasil” oleh orang-orang.

Dengan pola pikir seperti itu, pantas kamu tidak bisa bahagia. Kamu terus melirik milik orang tanpa bisa menghargai perjalanan sendiri. Oleh karena itu simak 5 alasan kamu tak perlu menganggap orang lain sebagai saingan.

1. Semua orang punya waktunya sendiri 

5 Alasan Kamu Tak Perlu Menganggap Orang Lain sebagai Saingan 

Sama seperti biji jagung yang punya waktu sendiri untuk meledak menjadi pop corn, kamu dan temanmu pun punya waktu masing-masing untuk bersinar.

Jika karier temanmu lebih dulu melesat dibandingmu, itu tidak berarti kamu payah atau lebih bodoh, tidak perlu merasa tertekan dengan itu.

Sebaliknya, nikmati kesuksesan temanmu dan ikut bahagia untuk mereka. Tidak ada ruginya untuk kamu, kok. Malah, sukacitamu bertambah sebab kamu bisa merayakan kesuksesannya.

2. Hanya buang-buang waktu dan tenaga

5 Alasan Kamu Tak Perlu Menganggap Orang Lain sebagai Saingan 

Kamu dan temanmu pasti memiliki goal yang berbeda-beda. Mungkin, temanmu lebih mengincar akademis, kamu ingin mengejar karier di bidang seni. Karena itu, definisi “kesuksesan” bagi kamu dan temanmu pun berbeda. Jadi untuk apa dibandingkan?

Terus-menerus melihat kesuksesan orang malah membuatmu lupa dengan tujuan utama diri sendiri. Pada akhirnya kamu malah menghabiskan waktu untuk scroll feeds instagram-nya sambil mengasihani diri sendiri.

Kalau waktu dan tenaga sudah terbuang percuma, siapa yang rugi? Kamu sendiri, ‘kan?

3. Membangkitkan iri hati

5 Alasan Kamu Tak Perlu Menganggap Orang Lain sebagai Saingan Iri hati adalah salah satu perasaan tak sehat yang membuatmu selalu terfokus pada milik orang. Akibatnya, kamu jadi sulit merasa bahagia. Benakmu dipenuhi cara untuk terus menyainginya, untuk menjadi lebih baik darinya. Tapi ketika kamu gagal, kamu akan menyalahkan diri sendiri.

Padahal dalam hati pun kamu tahu, persaingan ini tidak sehat. Tapi demi gengsi, kamu tetap kukuh dengan keinginanmu untuk menyalip kesuksesannya.

4. Tak peduli sesukses apapun, kamu akan merasa tidak puas 

5 Alasan Kamu Tak Perlu Menganggap Orang Lain sebagai Saingan Kalau kamu melihat hidup sebagai kompetisi, kamu akan melihat orang-orang di sekitarmu sebagai musuh, alih-alih teman. Setiap temanmu unggul dalam sesuatu, kamu selalu ingin menyainginya. Tujuanmu bukan lagi meraih kesuksesan, tapi mengungguli temanmu dan menjadi nomor satu.

Karena di atas langit masih ada langit, alhasil kamu tidak akan pernah merasa puas. Pencapaianmu pun tampak sia-sia. Tak ada yang bisa kamu nikmati dari kerja kerasmu.

5. Sulit merasa damai  

5 Alasan Kamu Tak Perlu Menganggap Orang Lain sebagai Saingan Selama kamu menganggap orang lain sebagai saingan, kamu akan terus dibebani tuntutan dan tekanan untuk menjadi terbaik. Tidak apa-apa mengejar posisi terbaik bila motivasinya benar. Namun bila motivasinya salah, sulit bagimu untuk menikmati proses dan perjalanannya.

Kesuksesan itu tidak sesempit “mengalahkan orang”. Ada banyak arti yang lebih luas dan bermakna. Untuk apa menjadi terbaik tapi tidak bisa merasa bahagia? Untuk apa menempati posisi nomor satu kalau kamu terus menaruh iri hati pada orang?

Sekali lagi, hidup bukan ajang perlombaan. Kamu bisa sukses dengan cara dan waktumu sendiri. Nikmatilah proses dan perjalananmu. Baru di situlah esensi sukses yang sesungguhnya dapat kamu pahami. Setuju?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *